ramayanti.nesfi@gmail.com

Selasa, Maret 10, 2015

Filsafat Ilmu Pendidikan



UJIAN SEMESTER JULI-DESEMBER 2014
FILSAFAT ILMU
SOAL
Petunjuk: jawablah pertanyaan berikut berdasarkan sumber yang Anda baca, dan tuliskan sumbernya.
1.      Dipandang dari berfungsinya ilmu dalam masyarakat, suatu masyarakat dapat dikategorikan ke dalam masyarakat mistis, ontologis, dan fungsional. Menurut Anda masyarakat Indonesia sekarang termasuk masyarakat yang mana?
2.      Surrogate Mother atau ibu pengganti (perempuan yang disewa rahimnya untuk mengandung bayi orang lain dengan iseminasi buatan) telah menjadi bisnis yang meraup keuntungan yang luar biasa besarnya. Bagaimana pandangan Anda mengenai hal ini?
3.      Ada satu ungkapan filsafat kira-kira seperti ini: bila Anda sedang berada di puncak, pada saat yang sama Anda sedang duduk di pundak orang-orang hebat yang memungkinkan Anda berada di puncak. Bagaimana Anda memaknai ungkapan ini sebagai seorang ilmuwan?
4.      Bagaimana Anda menjelaskan begitu banyaknya pelaku korupsi di Indonesia dari kalangan berpendidikan tinggi (imuwan)?
5.      Apakah semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula tanggung jawab sosialnya? Jawablah dengan menggunakan metoda ilmiah.
SELAMAT UJIAN



Selasa, November 04, 2014

Pendidikan Dalam Masyarakat Modern Sederhana



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap individu dalam masyarakat merupakan potensi yang harus dikembangkan untuk mendukung dan melancarkan kegiatan pembangunan dalam masyarakat tersebut. Manusia sebagai individu, sebagaimana kodratnya memiliki sifat baik maupun buruk. Sifat-sifat yang kurang baik inilah perlu dibina dan dirubah sehingga melahirkan sifat-sifat yang baik lalu dibina dan dikembangkan. Proses perubahan dan pembinaan tersebut disebut dengan pendidikan.
Melalui pendidikan, manusia diharapkan menjadi individu yang mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk secara mandiri meningkatkan taraf hiudupnya baik lahir maupun bathin serta meningkatkan peranannya sebagai individu/pribadi, warga masyarakat, warga Negara dan sebagai khalifah-Nya     
B.     Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi pembahasan dalam makalah mengenai Pendidikan dalam Masyarakat Modern dan Sederhana.
C.    Tujuan
Adapun  tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.   Mengetahui apa itu pendidikan
2.   Mengetahui pendidikan masyarakat modern
3.   Mengetahui pendidikan masyarakat sederhana
4.   Melengkapi nilai tugas mata kuliah landasan ilmiah ilmu pendidikan

Senin, Oktober 20, 2014

Konsep Evaluasi Program



A.    Pengertian Program dan Evaluasi Program
Ada tiga istilah yang digunakan dan disepakati pemakaiannya, sebelum disampaikan uraian lebih jauh tentang evaluasi program, yaitu “evaluasi” (evaluation), “pengukuran” (measurement), dan “penilaian” (assessment). Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Istilah “penilaian” merupakan kata benda dari “nilai”. Pengertian “pengukuran” mengacu pada kegiatan membandingkan sesuatu hal dengan satuan ukuran ter­tentu, sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English (AS Hornby, 186) evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi dan dapat dipertanggungjawabkan.
Suchman (1961 dalam Anderson, 1975) evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Worthen dan Sanders (1973 dalam Anderson, 1971) bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Stufflebeam (1971, dalam Fernandes 1984) evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan altematif keputusan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.Sampai dengan kira-kira tahun 1974 masyarakat masih menganggap bahwa evaluasi pendidikan terbatas pengertiannya pada penilaian hasil belajar. Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa pendidikan merupakan upaya mem­berikan satu perlakuan pembelajaran kepada peserta didik. Dapat diasumsikan bahwa di antara pembelajaran dengan hasil belajar merupakan hubungan lurus atau linier.

Senin, Oktober 13, 2014

Tutorial Membuat BLOG



Tutorial Membuat Blog
Saat ini banyak sekali cara yang dapat kita gunakan dalam menciptakan dan akses yang cepat. Internet mungkin sudah sering kita pakai untuk mendapatkan informasi yang kita inginkan, namun bagi anda yang hobi menukis mungkin bias menggunakan alternative berikut untuk kebutuhan anda. Dengan sering mengunjungi internet tentunya anda sering menemukan blog atau website.
Saat ini telah banyak yang menggunakan blog atau website sendiri untuk pelengkapan informasi, dan untuk anda yang ingin mencoba sesuatu yang baru, berikut ini ada beberapa cara membuat blog yang mudah dan dapat anda praktekan untuk mendapatkan blog milik anda sendiri.
1.      Langkah pertama yang harus anda perhatikan adalah sebaiknya anda telah memiliki akun email terlebih dahulu.
Contoh:
Atau buat akun baru bagi anda yang belum memiliki akun email, contoh:
Pilih buat akun, dan kemudian ikuti langkah-langkah yang ada sehingga sampai pada anda telah memiliki akun email.

Learning Center Sebagai Katalis Untuk Perubahan



MAKALAH
Pengelolaan Sumber Belajar



Rounded Rectangle: Learning Center Sebagai Katalis Untuk Perubahan
 





Description: Description: Description: Description: Description: https://si0.twimg.com/profile_images/1716989380/preview001.png



Oleh:
NESFI RAMAYANTI
1303877




Dosen Pembimbing:
Dr. Darmansyah, ST, M.Pd






PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

A.    Learning Center sebagai Katalis Untuk Perubahan
Pengembangan dan implementasi dari konsep pusat belajar melibatkan orang-orang di semua tingkatan. Banyak orang di bidang pendidikan yang takut akan perubahan; fakta ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan pusat pembelajaran. Berdasarkan penelitian tentang perubahan, dapat ditarik kesimpulan mengenai pendekatan yang akan cenderung lebih sukses dalam mempengaruhi perubahan di sekolah-sekolah. Voelz (1973) telah meringkas pendekatan ini sebagai berikut:
1.      Guru harus mendidik guru lain tentang perubahan.
2.      Harus ada reaksi positif terhadap permintaan dan keputusan kelompok guru.
3.      Sebagian besar proses harus tetap informal.
4.      keberhasilan Inovatif harus dicatat dan dipuji.
Keberhasilan pengembangan dan pelaksanaan pusat pembelajaran memerlukan sikap administratif yang mendukung dan sengaja merencanakan program yang akan mencakup pendekatan ini.
Sangat penting bahwa tenaga administrasi termasuk pengawas, asisten pengawas, supervisor, koordinator, direktur, dan kepala sekolah, memiliki pemahaman penuh dari konsep pusat belajar dan setuju pada kriteria yang pada akhirnya akan digunakan untuk mengevaluasi efektivitasnya.
Tanpa pemahaman dan kesepakatan tersebut, keputusan yang tepat diperlukan untuk memfasilitasi empat pendekatan yang dijelaskan di atas untuk membawa perubahan yang tidak dapat dikendalikan secara sadar dan konsisten. Kurangnya pemahaman yang jelas akan menghasilkan pendekatan serampangan untuk mendukung inovasi.
Untuk membantu mendidik semua tingkat administrasi untuk inovasi dan untuk membimbing proses perubahan, ada dua strategi utama yang terkait. Salah satunya adalah penggunaan konsultan dari luar untuk melayani sebagai katalis atau perubahan. Namun, masalah yang begitu kompleks sehingga untuk memahami manifestasinya membutuhkan waktu lebih dari konsultan yang tersedia.
Strategi kedua adalah perubahan dari dalam. Yang memiliki lebih banyak keuntungan mengingat bahwa perubahan adalah proses yang lambat dan bahwa inovasi yang berhasil harus mencerminkan kompleksitas sosial-politik sekolah.
Ada berbagai bentuk yang berubah dari dalam yang dapat diambil. Namun, sejauh perubahan yang berkaitan dengan pembelajaran masukkan konsep melibatkan pelaksanaan inovasi tertentu, akan masuk akal untuk agen perubahan untuk menjadi orang dengan minat dan keahlian dalam inovasi itu. Dia juga harus memproses karakteristik inovator.
Jhonson (1973) telah melaporkan serangkaian penyelidikan yang dilakukan di Utah State University yang menggali manusia dan unsur organisasi dari proses perubahan. Studi menunjukkan jenis karakteristik proses kepribadian orang yang sangat inovatif. Temuan mengungkapkan bahwa inovator umumnya hangat, ramah, penuh perhatian, mudah beradaptasi, siap untuk bekerja sama, dan amanah. Mereka cenderung kurang takut kritik, tegas dan tunduk, pengambil risiko, menantang. Mereka memiliki semangat dan spontanitas dan sering tidak melihat semua sinyal bahaya. Jhonson menunjukkan bahwa deskripsi yang terakhir itu penting jika kita menganggap betapa mudahnya ini untuk menghentikan perubahan dengan hanya mengantisipasi semua bahaya dalam melakukan perubahan. Karakteristik lain dari inovator adalah kemampuan mereka untuk menciptakan solusi unik untuk masalah yang sulit, mereka imajinatif dan kreatif. Mereka cenderung perencana (orang yang membuat rencana), dan ini sangat penting untuk penentuan tujuan dan prestasi. Inovator juga cenderung memiliki informasi yang lebih baik, dan lebih cenderung untuk bereksperimen dengan solusi masalah.
Kejadian seperti itu memang ada, maka perlu bahwa struktur inovasi mencerminkan akomodasi fakta bahwa pendekatan sistematis untuk masalah sekolah memerlukan kompetensi teknis dari kelompok yang berbeda secara luas. Ini akan menjadi tidak realistis untuk mengharapkan bahkan yang terbaik dari inovator atau agen perubahan itu sendirian mengatasi dan menyelesaikan masalah sekolah yang kompleks akan memiliki bantalan langsung mempengaruhi inovasi yang sukses dan perubahan.

Minggu, Juni 01, 2014

Rancangan Pembelajaran Menggunakan Model ASSURE


BAB I 
TEORI MEDIA 

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.Sedangkan, National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk t eknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
  1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
  2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
  3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
  4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
  5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
  6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
  7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
  8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.
 Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik.
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya.
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya.
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. 
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif. 

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis. 

Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris. 

Landasan filosofis. Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Akan tetapi, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri,motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis. 

Landasan psikologis. Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinuum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. 

Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. 

Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak. 

Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol. 

Dalam proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Kerucut pengalaman Dale diatas mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan diperoleh oleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar yang dapat dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat abstrak. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan peserta didik dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan-pesan dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan peserta didik sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding). 

Landasan teknologis. Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadisistem pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik, dan latar. 

Landasan empiris. Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.